Falsafah jawa
Mari kita mengutip satu tembang Jawa
Tak uwisi gunem iki saya akhiri pembicaraan ini
Niyatku mung aweh wikan saya hanya ingin memberi tahu
Kabatinan akeh lire kabatinan banyak macamnya
Lan gawat ka liwat-liwat dan artinya sangat gawat
Mulo dipun prayitno maka itu berhati-hatilah
Ojo keliru pamilihmu Jangan kamu salah pilih
Lamun mardi kebatinan kalau belajar kebatinan
Tembang
ini menggambarkan nasihat seorang tua (pinisepuh) kepada mereka yang
ingin mempelajari kabatinan cara kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa
tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk
mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan
antara kawula (manusia) dan Gusti (Pencipta) ( jumbuhing kawula Gusti )
/pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan
spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan,
yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus
dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap. Pencari
dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang
berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya.
Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan
untuk mamayu hayuning bawono. Ati suci jumbuhing Kawulo Gusti
: hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara Kawulo dan Gusti,
kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha
memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung
nilai-nilai.
Dalam budaya jawa dikenal adanya simbolisme,
yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau simbol untuk membimbing
pemikiran manusia kearah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih
dalam. Manusia mempergunakan simbol sebagai media penghantar komunikasi
antar sesama dan segala sesuatu yang dilakukan manusia merupakan
perlambang dari tindakan atau bahkan karakter dari manusia itu
selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang
diturunkan kepada manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah
dibuktikan dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah
difahami agar bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap
yang berberda-beda.
Biasanya
sebutan orang Jawa adalah orang yang hidup di wilayah sebelah timur
sungai Citanduy dan Cilosari. Bukan berarti wilayah di sebelah barat-nya
bukan wilayah pulau Jawa. Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang
menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan suka bergotong royong dengan
semboyannya “saiyeg saekoproyo “ yang berarti sekata satu tujuan.
Kisah suku Jawa diawali dengan kedatangan seorang satriya pinandita yang bernama Aji Saka,
sampai kemudian satriya itu menulis sebuah sajak yang kemudian sajak
tersebut diakui menjadi huruf jawa dan digunakan sebagai tanda
dimulainya penanggalan tarikh Caka.
Kejawen
adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul dari
masuknya berbagai macam agama ke jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan
Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkembang dari ajaran
tasawuf agama-agama yang ada.
Tindakan
tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi,
tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni.
Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang
percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran
manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya
misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi,
Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya.
Tindakan
simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara
kematian yaitu medo’akan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh
hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun, tiga tahun,
dan seribu harinya setelah seseorang meninggal (tahlillan). Dan tindakan
simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang
terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari
masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan
budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang
mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka
orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris
tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan
unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur
kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.
Kebiasaan
orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat
kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko
guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah,
air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah
baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan
adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu
tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah. Dengan analisa tersebut
dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser
dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh
kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada
simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang
mengikuti berputarnya sangkakala.
Mangkunegara IV (Sembah dan Budiluhur)
Mangkunegara IV memiliki empat ajaran utama yang meliputi sembah raga, sembah cipta (kalbu), sembah jiwa, dan sembah rasa.
Sembah Raga
Sembah
raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah atau
amal perbuatan yang bersifat lahiriah. Cara bersucinya sama dengan
sembahyang biasa, yaitu dengan mempergunakan air (wudhu). Sembah yang
demikian biasa dikerjakan lima kali sehari semalam dengan mengindahkan
pedoman secara tepat, tekun dan terus menerus, seperti bait berikut:
Sembah
raga puniku / pakartining wong amagang laku / sesucine asarana saking
warih / kang wus lumrah limang wektu / wantu wataking wawaton
Sembah
raga, sebagai bagian pertama dari empat sembah yang merupakan
perjalanan hidup yang panjang ditamsilkan sebagai orang yang magang laku
(calon pelaku atau penempuh perjalanan hidup kerohanian), orang
menjalani tahap awal kehidupan bertapa (sembah raga puniku, pakartining
wong amagang laku). Sembah ini didahului dengan bersuci yang menggunakan
air (sesucine asarana saking warih). Yang berlaku umum sembah raga
ditunaikan sehari semalam lima kali. Atau dengan kata lain bahwa untuk
menunaikan sembah ini telah ditetapkan waktu-waktunya lima kali dalam
sehari semalam (kang wus lumrah limang wektu). Sembah lima waktu
merupakan shalat fardlu yang wajib ditunaikan (setiap muslim) dengan
memenuhi segala syarat dan rukunnya (wantu wataking wawaton). Sembah
raga yang demikian ini wajib ditunaikan terus-menerus tiada henti
(wantu) seumur hidup. Dengan keharusan memenuhi segala ketentuan syarat
dan rukun yang wajib dipedomani (wataking wawaton). Watak suatu waton
(pedoman) harus dipedomani. Tanpa mempedomani syarat dan rukun, maka
sembah itu tidak sah.
Sembah
raga tersebut, meskipun lebih menekankan gerak laku badaniah, namun
bukan berarti mengabaikan aspek rohaniah, sebab orang yang magang laku
selain ia menghadirkan seperangkat fisiknya, ia juga menghadirkan
seperangkat aspek spiritualnya sehingga ia meningkat ke tahap kerohanian
yang lebih tinggi.
Sembah Cipta ( Kalbu )
Sembah
ini kadang-kadang disebut sembah cipta dan kadang-kadang disebut sembah
kalbu, seperti terungkap pada Pupuh Gambuh bait 1 dan Pupuh Gambuh bait
11 berikut :
Samengkon
sembah kalbu / yen lumintu uga dadi laku / laku agung kang kagungan
narapati / patitis teteking kawruh / meruhi marang kang momong.
Apabila
cipta mengandung arti gagasan, angan-angan, harapan atau keinginan yang
tersimpan di dalam hati, kalbu berarti hati , maka sembah cipta di sini
mengandung arti sembah kalbu atau sembah hati, bukan sembah gagasan
atau angan-angan.
Apabila
sembah raga menekankan penggunaan air untuk membasuh segala kotoran dan
najis lahiriah, maka sembah kalbu menekankan pengekangan hawa nafsu
yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggaran dan dosa
(sucine tanpa banyu, amung nyunyuda hardaning kalbu).
Thaharah (bersuci) itu, demikian kata Al-Ghazali, ada empat tingkat.
Pertama, membersihkan hadats dan najis yang bersifat lahiriah.
Kedua, membersihkan anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa.
Ketiga, membersihkan hati dari akhlak yang tercela dan budi pekerti yang hina.
Keempat, membersihkan hati nurani dari apa yang selain Allah. Dan yang keempat inilah taharah pada Nabi dan Shiddiqin.
Jika
thaharah yang pertama dan kedua menurut Al-Ghazali masih menekankan
bentuk lahiriah berupa hadats dan najis yang melekat di badan yang
berupa pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh anggota tubuh. Cara
membersihkannya dibasuh dengan air. Sedangkan kotoran yang kedua
dibersihkan dan dibasuh tanpa air yaitu dengan menahan dan menjauhkan
diri dari pelanggaran dan dosa. Thaharah yang ketiga dan keempat juga
tanpa menggunakan air. Tetapi dengan membersihkan hati dari budi jahat
dan mengosongkan hati dari apa saja yang selain Allah.
Sembah Jiwa
Sembah
jiwa adalah sembah kepada Hyang Sukma ( Allah ) dengan mengutamakan
peran jiwa. Jika sembah cipta (kalbu) mengutamakan peran kalbu, maka
sembah jiwa lebih halus dan mendalam dengan menggunakan jiwa atau
al-ruh. Sembah ini hendaknya diresapi secara menyeluruh tanpa henti
setiap hari dan dilaksanakan dengan tekun secara terus-menerus, seperti
terlihat pada bait berikut:
Samengko
kang tinutur / Sembah katri kang sayekti katur / Mring Hyang Sukma
suksmanen saari-ari / Arahen dipun kecakup / Sembahing jiwa sutengong
Dalam
rangkaian ajaran sembah Mangkunegara IV yang telah disebut terdahulu,
sembah jiwa ini menempati kedudukan yang sangat penting. Ia disebut
pepuntoning laku (pokok tujuan atau akhir perjalanan suluk). Inilah
akhir perjalanan hidup batiniah. Cara bersucinya tidak seperti pada
sembah raga dengn air wudlu atau mandi, tidak pula seperti pada sembah
kalbu dengan menundukkan hawa nafsu, tetapi dengan awas emut (selalu
waspada dan ingat/dzikir kepada keadaan alam baka/langgeng), alam Ilahi.
Betapa penting dan mendalamnya sembah jiwa ini, tampak dengan jelas pada bait berikut :
Sayekti
luwih perlu / ingaranan pepuntoning laku / Kalakuan kang tumrap
bangsaning batin / Sucine lan awas emut / Mring alaming lama amota.
Berbeda
dengan sembah raga dan sembah kalbu, ditinjau dari segi perjalanan
suluk, sembah ini adalah tingkat permulaan (wong amagang laku) dan
sembah yang kedua adalah tingkat lanjutan. Ditinjau dari segi tata cara
pelaksanaannya, sembah yang pertama menekankan kesucian jasmaniah dengan
menggunakan air dan sembah yang kedua menekankan kesucian kalbu dari
pengaruh jahat hawa nafsu lalu membuangnya dan menukarnya dengan sifat
utama. Sedangkan sembah ketiga menekankan pengisian seluruh aspek jiwa
dengan dzikir kepada Allah seraya mengosongkannya dari apa saja yang
selain Allah.
Pelaksanaan
sembah jiwa ialah dengan berniat teguh di dalam hati untuk mengemaskan
segenap aspek jiwa, lalu diikatnya kuat-kuat untuk diarahkan kepada
tujuan yang hendak dicapai tanpa melepaskan apa yang telah dipegang pada
saat itu. Dengan demikian triloka (alam semesta) tergulung menjadi
satu. Begitu pula jagad besar dan jagad kecil digulungkan disatupadukan.
Di situlah terlihat alam yang bersinar gemerlapan. Maka untuk
menghadapi keadaan yang menggumkan itu, hendaklah perasaan hati
dipertebal dan diperteguh jangan terpengaruh apa yang terjadi. Hal yang
demikian itu dijelaskan Mangkunegara IV pada bait berikut:
“Ruktine
ngangkah ngukud / ngiket ngruket triloka kakukud / jagad agung ginulung
lan jagad alit / den kandel kumandel kulup / mring kelaping alam kono.”
Sembah Rasa
Sembah
rasa ini berlainan dengan sembah-sembah yang sebelumnya. Ia didasarkan
kepada rasa cemas. Sembah yang keempat ini ialah sembah yang dihayati
dengan merasakan intisari kehidupan makhluk semesta alam, demikian
menurut Mangkunegara IV.
Jika
sembah kalbu mengandung arti menyembah Tuhan dengan alat batin kalbu
atau hati seperti disebutkan sebelumnya, sembah jiwa berarti menyembah
Tuhan dengan alat batin jiwa atau ruh, maka sembah rasa berarti
menyembah Tuhan dengan menggunakan alat batin inti ruh. Alat batin yang
belakangan ini adalah alat batin yang paling dalam dan paling halus yang
menurut Mangkunegara IV disebut telenging kalbu (lubuk hati yang paling
dalam) atau disebut wosing jiwangga (inti ruh yang paling halus).
Dengan
demikian menurut Mangkunegara IV, dalam diri manusia terdapat tiga buah
alat batin yaitu, kalbu, jiwa/ruh dan inti jiwa/inti ruh (telengking
kalbu atau wosing jiwangga) yang memperlihatkan susunan urutan kedalaman
dan kehalusannya.
Pelaksanaan
sembah rasa itu tidak lagi memerlukan petunjuk dan bimbingan guru
seperti ketiga sembah sebelumnya, tetapi harus dilakukan salik sendiri
dengan kekuatan batinnya, seperti diungkapkan Mangkunegara IV dalam bait
berikut:
Semongko
ingsun tutur / gantya sembah lingkang kaping catur / sembah rasa karasa
wosing dumadi / dadi wus tanpa tuduh / mung kalawan kasing batos.
Apabila
sembah jiwa dipandang sebagai sembah pada proses pencapaian tujuan
akhir perjalanan suluk (pepuntoning laku), maka sembah rasa adalah
sembah yang dilakukan bukan dalam perjalanan suluk itu, melainkan sembah
yang dilakukan di tempat tujuan akhir suluk. Dengan kata lain, seorang
salik telah tiba di tempat yang dituju. Dan di sinilah akhir perjalanan
suluknya. Untuk sampai di sini, seorang salik masih tetap dibimbing
gurunya seperti telah disebut di muka. Setelah ia diantarkan sampai
selamat oleh gurunya untuk memasuki pintu gerbang, tempat sembah yang
keempat, maka selanjutnya ia harus mandiri melakukan sembah rasa.
Pada
tingkatan ini, seorang salik dapat melaksanakan sendiri sembah rasa
sesuai petunjuk-petunjuk gurunya. Pada tingkat ini ia dipandang telah
memiliki kematangan rohani. Oleh karena itu, ia dipandang telah cukup
ahli dalam melakukan sembah dengan mempergunakan aspek-aspek batiniahnya
sendiri.
Di
sini, dituntut kemandirian, keberanian dan keteguhan hati seorang
salik, tanpa menyandarkan kepada orang lain. Kejernihan batinlah yang
menjadi modal utama. Hal ini sesuai dengan wejangan Amongraga kepada
Tambangraras dalam Centini bait 156. Sembah tersebut, demikian
dinyatakan Amongraga, sungguh sangat mendalam, tidak dapat diselami
dengan kata-kata, tidak dapat pula dimintakan bimbingan guru. Oleh
karena itu, seorang salik harus merampungkannya sendiri dengan segala
ketenangan, kejernihan batin dan kecintaan yang mendalam untuk melebur
diri di muara samudera luas tanpa tepi dan berjalan menuju kesempurnaan.
Kesemuanya itu tergantung pada diri sendiri, seperti terlihat pada bait
berikut:
Iku
luwih banget gawat neki / ing rarasantang keneng rinasa / tan kena
ginurokake / yeku yayi dan rampung / eneng onengira kang ening /
sungapan ing lautan / tanpa tepinipun / pelayaran ing kesidan / aneng
sira dewe tan Iyan iku yayi eneng ening wardaya.
Wajah Asli Firaun -zaman Nabi MUSA- Ketika Masih Hidup [EXCLUSIVE!!!]
23 Februari 2011
Dengan ditemukannya jasad asli firaun, sangat memungkinkan bagi para ilmuwan untuk me-reka ulang wajah asli firaun dahulu kala.
Berikut sajiannya:
Firaun 01
Firaun 02
Firaun 03
Firaun 04
Firaun 05
Firaun 06
Firaun 07
“Sungguh bermacam-macam kelak penafsiran sifat dari wajah asli firaun yang dapat kita lihat pada gambar-gambar tersebut di atas, namun lihat kini firaun yang dulu dikenal akan kesombongannya, keangkuhannya, keji dan kejamnya, penguasa yang super dzalim sampai-sampai mengakui bahwa dialah TUHAN, kini tersungkur menjadi tontonan tersendiri sebagai bukti nyata firman Allah Swt, tiada lain untuk mengingatkan kita agar tidak meniru sedikit pun perilaku dari firaun”.
Firaun dulu dan Kini
“The Present Is The Key To The Past”
-----------------------------------------
Penemuan Mummi Fir’aun dan Kebenaran Al Qur’an
20 November 2010
Pada tahun 1898 M, Loret telah menemukan
mummi di Thebes di lembah raja-raja –Wadi al-Muluk–, mummi tersebut
terindentifikasi sebagai jenazah dari Fir’aun Merneptah yang dipastikan
sebagai anak dari Fir’aun Ramses II.
Di samping ditemukan mummi dari Merneptah juga ditemukan mummi dari Ramses II dalam keadaan utuh.
Merneptah adalah Fir’aun yang mengejar-ngejar nabi Musa hingga
ke laut dan mati tenggelam di laut, sedang Ramses II adalah fir’aun
yang hidup persis sebelumnya, kedua-duanya hidup pada masa nabi Musa
as.
Kemudian, pada tanggal 8-7-1907, Elliot
Smith membuka perban-perban mummi Merneptah untuk memeriksa badannya.
Kemudian Elliot Smith mengarang buku The Royal Mummies pada tahun 1912,
dalam buku tersebut dijelaskan, ketika Eliot Smith membuka perbanperban
mummi pada tahun 1907, mummi tersebut dalam keadaan baik dan utuh
walaupun ada kerusakan di beberapa bagian. Setelah Eliot Smith meneliti
mummi tersebut pada 1907, mummi tersebut dipamerkan di musium Cairo
dengan kepala dan leher terbuka tanpa perban supaya setiap pengunjung
dapat melihat dengan nyata, sedang badannya ditutup kain sedemikian rupa
supaya dapat terlindungi dari kerusakan karena kelembaban udara dan
bakteri.
Yang paling penting dan berharga dengan
penemuan mummi Merneptah dan hasil penelitian Eliot Smith yang
menyaksikan mummi Merneptah secara utuh adalah, sebagai bukti materiil
secara utuh jenazah dari raja Fir’aun yang mati tenggelam di laut.
Bukti itu sangat penting, karena
menyangkut kemukjizatan Al-Qur’an dan menyangkut eksistensi Alkitab
sebagai kitab umat Kristiani. Masih ingat dengan film Mummi ?, film itu
telah mengalihkan perhatian kita akan kemukjizatan Al-Qur’an, supaya
kita membicarakan mummi dari sisi harta karun yang terpendam dan
menjauhkan kita untuk membicarakan mummi sebagai bukti ilmiah kebenaran
Al-Qur’an, dan supaya orang tidak memperhatikan bukti ilmiah dari
keragu-raguan dalam Alkitab. Mari kita kaji kisah tenggelamnya fir’aun
dari kisah Bible/Alkitab dan kisah dari Al-Qur’an.
Tenggelamnya Fir’aun Dalam Bible
Kisah bermula dari perintah Tuhan kepada
nabi Musa as untuk membebaskan orang-orang Israel dari penindasan raja
Fir’aun dan sekaligus mengeluarkan mereka dari Mesir.
Nabi Musa as dibantu nabi Harun as
menghadap ke Fir’aun, guna meminta kepada Fir?aun untuk membawa
orang-orang Israel keluar dari Mesir yang berarti melepaskan orang-orang
Israel dari kekuasaan raja Fir’aun. Tetapi Fir’aun menolak permintaan
nabi Musa as tersebut.
Tuhan mengulangi lagi perintahnya kepada
nabi Musa as, waktu itu nabi Musa as sudah berumur 80 tahun. Nabi Musa
as menunjukkan kepada Fir’aun bahwa dirinya mempunyai kepandaian
supranatural, namun hal ini tidak membuat Fir’uan melunak. Kemudian
Tuhan mengirim siksaan berupa air sungai berubah menjadi darah,
timbulnya katak-katak, nyamuk, wabah penyakit kepada manusia dan hewan,
kegelapan dan kematian bagi bayi-bayi yang lahir pertama kali. Tetapi
hal ini masih belum menaklukkan hati Fir’aun untuk membiarkan
orang-orang Israel keluar dari Mesir atau melepaskan dari kekuasaannya.
Akhirnya, nabi Musa tidak meminta izin
Fir’aun untuk membawa 600.000 orang Israel keluar dari Mesir. Jumlah
tersebut belum termsuk anak-anak sehingga bila mereka ikut dihitung
jumlah keseluruhan orang-orang Israel yang diajak nabi Musa as keluar
Mesir adalah berkisar antara 2 juta hingga 3 juta jiwa.
Kemudian berangkatlah orang Israel
dari Raamses ke Sukot, kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki
berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. Keluaran 12:37
Pada waktu itulah Fir’aun mengejar nabi
Musa as beserta pengikutnya, dengan menggunakan 600 kereta dan kudanya
yang terbaik dari Mesir, dan setiap kereta dikendarai dua orang perwira.
Fir’aun beserta pasukannya berhasil
mengejar nabi Musa as dan pengikutnya, keadaan nabi Musa terjepit,
didepan terbentang lautan dan dari bela-kang terdesak ribuan pasukan
fir’aun.
Adapun orang Mesir, segala kuda dan
kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan
mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat PiHahirot
di depan Baal-Zefon.
Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, Keluaran 14:9-10
Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, Keluaran 14:9-10
Dan ketika dalam keadaan kritis:
Lalu Musa mengulurkan tangannya ke
atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan
perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah
kering; maka terbelahlah air itu. Keluaran 14:21
Maka melintaslah nabi Musa as dan
pengikutnya, kemudian disusul oleh fir’aun dan tentaranya, Namun Fir’aun
dan tentaranya berjalan sangat lambat karena roda keretanya berputar
miring terseok-seok dan nabi Musa sa beserta pengikutnya berlari
meninggalkan mereka jauh. Setelah itu atas perintah Tuhan nabi Musa as
mengulurkan kembali tangannya ke laut, maka :
Berbaliklah segala air itu, lalu
menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang
telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorang pun tidak ada yang
tinggal dari mereka. Keluaran 14:28
Fir’aun beserta pasukannya tewas dalam
lautan, tak seorangpun yang hidup. Tuhan telah mencampakkan Fir’aun
kedalam lautan dan membiarkan tubuhnya musnah dalam lautan :
Dan mencampakkan Firaun dengan tentaranya ke Laut Teberau! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Mazmur 136:15
air menutupi para lawan mereka, seorang pun dari pada mreka tiada tinggal Mazmur 106:11
Dari kisah tersebut, point yang dapat kita ambil adalah :
- Jumlah 2 juta sampai 3 juta orang-orang Israel yang melarikan diri keluar Mesir nampaknya sangat berlebihan. karena jumlah sebesar itu, resiko kematian d itengah padang pasir yang amat terik tentu sangat tinggi, ini merupakan angka yang bombastik. Apalagi mereka tidak mempunyai persediaan makanan dan air yang cukup.
- Mayat Fir’aun dimusnahkan dalam lautan
Tenggelamnya Fir’aunI Dalam Al-Qura’n?
Kisah bermula pada kekafiran,
kesombongan dan keingkaran bangsa Mesir yang mengikuti Fir?aun dalam
menentang Allah SWT dan nabinya Musa as dan yang menindas bangsa Israel,
padahal telah nyata petunjuk bagi mereka dan telah diperlihatkan
kejadian-kejadian luar biasa kepada mereka sebagai tanda kekuasaan Allah
SWT, tetapi hati mereka tidak mau sadar, tidak mau kembali kepada
kebenaran dan beriman kepada Allah SWT.
Sangat sedikit yang beriman dari
orang-orang Mesir, ada yang mengatakan hanya tiga orang yang beriman,
yaitu istri Fir?aun, seorang dari pengikut Fir’aun dan seorang pemberi
nasehat.
Karena, Fir’aun dan bangsanya tetap
ingkar dan sombong, Nabi Musa as meminta kepada Fir’aun untuk
meniggalkan Mesir beserta orang-orang Bani Israel, namun Fir?aun menolak
permintaan ini. Maka turunlah perintah Allah SWT :
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan
kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di
malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu,
kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan
tenggelam)”. QS. 20:77
Maka pergilah nabi Musa as bersama-sama
kaumnya Bani Israel pada malam itu juga, dan pada pagi harinya, tidak
ada seorangpun dari kaum nabi Musa as yaitu Bani Israel yang tertinggal
di Mesir, mereka telah pergi meninggalkan Mesir.
Pagi harinya, mengetahui orang-orang
Israel telah meninggalkan Mesir, Fir’aun sangat marah dan segera
mengumpulkan tentaranya, kereta dan kuda yang ada di seluruh wilayah
Mesir untuk mengejar nabi Musa as dan orang-orang Israel. Dengan marah
Fir’aun berkata kepada pasukannya :
Orang-orang itu berjumlah tidak banyak, dan sesungguhnya, mereka telah benar-benar membuat kita marah?
Kemudian setelah tentara dan kuda-kuda terkumpul, diberangkatkanlah pasukannya mengejar Nabi Musa as dan Bani Israel.
”Maka Fir’aun dan bala tentaranya
dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua
golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa
menjawab:”Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku
besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. QS: 26:60-62
Ketika pengikut nabi Musa as dalam keadaan ketakutan karena akan segera tersusul, turunlah firman Allah SWT :
Ketika pengikut nabi Musa as dalam keadaan ketakutan karena akan segera tersusul, turunlah firman Allah SWT :
Lalu Kami wahyukan kepada
Musa:”Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”.Maka terbelahlah lautan itu
dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. QS. 26:63
Maka melintaslah nabi Musa beserta
kaumnya Bani Israel, dan Fir’aun beserta pasukannya menyu-sul
dibelakannya. Ketika Nabi Musa as dan pengikutnya sampai di daratan yang
tinggi dan Fir’aun beserta pasukannya masih ditengah-tengah lautan,
maka datanglah pertolongan Allah SWT kepada nabi Musa as :
Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu. QS. 26:65-66
Tenggelamlah Fir’aun beserta pasukannya
dan tak seorangpun terselamatkan nyawanya termasuk Fir’aun. Namun
Fir?aun saat-saat akhir menjelang kematiaanya, dia baru sadar atas
keingkarannya dan dia sempat mengucapkan kalimat tauhid dan berserah
diri kepada Allah SWT :
hingga bila Fir’aun itu hampir
tenggelam berkatalah dia:”Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)”. QS. 10:90
Dengan perngakuan Fir’aun tersebut,
Allah SWT berkenan menyelamatkan mayat Fir?aun agar tidak sampai hancur
di dalam lautan, dan agar tubuh fir’aun yang dibiarkan utuh tersebut
dapat menjadi pelajaran bagi manusia kelak :
Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami. QS. 10:92
Begitulah, Allah SWT menjaga tubuh
Fir’aun tetap utuh walaupun tertelan lautan, untuk menjadi pelajaran dan
sebagai tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi orang-orang yang datang
sesudahnya, bukan hanya kisah tenggelamnya Fir?aun yang menjadi
pelajaran dan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, tetapi tubuh
fisiknya juga.
Satu point yang dapat diambil dari kisah tenggelamnya fir’aun dalam Al-Qur’an , yaitu : mayat Fir’aun dijaga utuh oleh Allah SWT.
Arkeologi Membuktikan Kebenaran Al-Qur’an
Alkitab menyatakan tubuh Fir’aun telah
musnah karena tenggelam di lautan, sedang Al-Qur’an menyatakan Tubuh
Fir’aun tetap utuh dan selamat walaupun tenggelam di lautan, di sisi
lain dari dunia sejarah khususnya bidang arkeologi, telah menemukan
mummi yang diindentifikasi sebagai jasad dari tubuh Fir’aun yang
mengejar-ngejar nabi Musa as dan tenggelam di lautan.
Temuan arkeologi ini, membuktikan apa
yang dinyatakan Al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang dijaga utuh oleh
Allah SWT adalah benar-benar terjadi pada 2000 tahun sebelum Al-Qur?an
itu sendiri menyatakannya. Dan temuan arkeologi ini secara bersamaan
menyangkal apa yang dinyatakan Alkitab bahwa tubuh Fir’aun telah musnah
di lautan.
Bukti kebenaran Al-Qur’an ini, sekaligus menjelaskan bahwa :
- Al-Qur’an bukanlah bikinan Muhammad saw, karena, apa yang dikisahkan Al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang dijaga utuh oleh Allah SWT adalah terjadi sekitar 2000 tahun sebelumnya, mustahil Muhammad saw mengetahui kejadian tersebut. Dan ketika Al-Qur’an menyatakan tubuh Fir’aun dijaga utuh untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya, sama sekali tidak ada bukti riil dari jasad Fir’aun pada saat itu. Bukti tubuh utuh Fir’aun baru ditemukan sekitar 1300 tahun setelah Al-Qur’an menyatakannya yaitu tahun 1898 M. Tidak ada yang mampu membuat kisah seakurat itu, kecuali yang merencanakan kisah itu terjadi yaitu Allah SWT.
- Alkitab hasil campur tangan manusia, karena apa yang dikisahkan Alkitab tentang kejadian sekitar 1300 tahun sebelumnya, ternyata terbukti meleset setelah ditemukan mummi raja Fir’aun yang telah dinyatakan musnah oleh Alkitab. Tentu tidak mungkin Tuhan yang membuat pernyataan dalam Alkitab yang menyatakan tubuh Fir’aun telah dimusnakan, karena sejarah membuktikan tubuh Fir’aun diselamatkan utuh.
- Orientalis hanya bisa menuduh, Muhammad saw dituduh telah membuat Al-Qur’an dengan menyontek Alkitab, tentu tuduhan semacam ini sangat tidak ilmiah, karena telah terbukti Alkitab telah salah mengisahkan tubuh utuh Fir’aun, sementara Al-Qur’an sangat akurat dalam mengisahkannya. Apa yang dicontek ?
Demikianlah uraian dari kami, semoga
dapat menambah keimanan kita kepada Allah SWT, dan semoga kita
senantiasa memperhatikan bukti-bukti kemukjizatan Al-Qur’an yang
terbentang luas dalam segala disiplin ilmu.
Akhirul kata, semoga menambah keimanan kita, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.
Sumber : http://ibnumariam.wordpress.com
----------------------------------------------
[quote]Mesir kuno paling terkenal, Raja King Tutankhamun dipamerkan untuk umum pertama kalinya.
Mumi ini berusia hampir 3.000 tahun lebih. Kalangan arkeolog mengambil mumi itu dari sarcophagus dan menyimpannya di sebuah peti dengan pengaturan suhu di makamnya di Lembah Para Raja Luxor.
Peristiwa itu terjadi 85 tahun setelah makam Firaun ditemukan oleh petualang Inggris Howard Carter.
Sampai sekarang, hanya 50 orang yang pernah melihat wajah raja bocah yang meninggal lebih dari 3000 tahun lalu. Saat para pakar itu mengangkat Tutankhamun dari peti jenazahnya mereka menyingkirkan kain putih yang menutupi dia, muncullah wajah berwarna hitam dan tubuhnya.
Langkah itu dilakukan sebagai bagian dari cara melindungi jenazah dia. Arkeolog menyatakan jenazah itu terancam karena panas dan kelembaban di dalam makam itu karena sejumlah besar turis yang berkunjung setiap tahun.
"Golden boy itu memiliki keajaiban dan misteri, oleh karena itu setiap orang dari seluruh dunia datang ke Mesir untuk melihat apa yang dilakukan untuk melindungi golden boy dan semuanya saya yakin datang untuk menyaksikan golden boy," ujar Kepala Bidang Peninggalan Mesir Zahi Hawass sebelum jenazahnya dipindahkan.
Topeng emas Tutankhamun dicopot dengan pisau panas dan kabel Tutankhamun berkuasa di Mesir 1333 sampai 1324 SM dan diyakini naik tahta dalam usia sekitar 9 tahun. Meskipun semasa hidupnya tidak memiliki sejarah yang menentukan, kematian Tutankhamun mendapat perhatian dunia karena makamnya dalam kedaan utuh ketika dibuka oleh Carter tahun 1922.
Makamnya berisi harta karun emas dan kayu hitam indah yang dianggap mewah ketika Carter melihat kedalam makam itu. Ditanya apa yang dia saksikan, jawabannya yang terkenal "Ya, sesuatu yang mengagumkan."
Penyebab kematian Karya agung makam itu adalah jenazah firaun yang dibuat mumi, ditutupi jimat dan perhiasan serta mengenakan topeng emas. Dalam upaya mengambil harta karun itu, Carter dan timnya memotong jenazah itu kedalam beberapa bagian, memenggal lengan dan kepalanya dan menggunakan pisau panas dan kabel untuk menyingkirkan topeng emas yang direkat ke wajah Tutankhamun dengan proses pembalseman.
Tahun 2005 kalangan ilmuwan merekontruksi Tutankhamun Tubuhnya direkonstruksi dan dikembalikan ke sarcophagus aslinya tahun 1926. Kemudian pernah dibawa keluar untuk pengujian sinar X tiga kali dalam beberapa tahun berikutnya. Harta karun yang diambil memikat dunia dan menarik jutaan orang datang ke Lembah Para Raja.
Pertanyaan mengenap mengapa Tutankhamun meninggal sekitar usia 19 tahun dan gosip adanya kutukan yang membuat meninggal mereka yang terlibat penggalian makamnya makin membuat terkenal firaun.
Ketika tubuhnya diperiksa sinar X tahun 1968, terdapat patahan tulang di tengkoraknya yang mendorong spekulasi bahwa dia dibunuh dengan pukulan. Sejumlah sejarawan berpendapat bahwa dia dibunuh karena berupaya mengembalikan politeisme setelah menggantikan Akhenaten yang meninggalkan dewa-dewa emas Mesir untuk monoteisme.
Namun pemeriksaan scan jenazahnya tahun 2005 membuat para peneliti menyatakan dia tidak dibunuh dan mungkin meninggal karena komplikasi tulang kaki yang retak.
Kepala bidang peninggalan Mesir Zahi Hawass mengatakan penelitian menunjukkan raja bocah ini meninggal setelah luka karena infeksi meskipun tidak semua tim setuju dengan diagnosa itu namun semua menolak dugaan pembunuhan.
Sumber: http://www.chrocodile.co.cc/2010/08/...asa-mesir.html
Mumi ini berusia hampir 3.000 tahun lebih. Kalangan arkeolog mengambil mumi itu dari sarcophagus dan menyimpannya di sebuah peti dengan pengaturan suhu di makamnya di Lembah Para Raja Luxor.
Peristiwa itu terjadi 85 tahun setelah makam Firaun ditemukan oleh petualang Inggris Howard Carter.
Sampai sekarang, hanya 50 orang yang pernah melihat wajah raja bocah yang meninggal lebih dari 3000 tahun lalu. Saat para pakar itu mengangkat Tutankhamun dari peti jenazahnya mereka menyingkirkan kain putih yang menutupi dia, muncullah wajah berwarna hitam dan tubuhnya.
Langkah itu dilakukan sebagai bagian dari cara melindungi jenazah dia. Arkeolog menyatakan jenazah itu terancam karena panas dan kelembaban di dalam makam itu karena sejumlah besar turis yang berkunjung setiap tahun.
"Golden boy itu memiliki keajaiban dan misteri, oleh karena itu setiap orang dari seluruh dunia datang ke Mesir untuk melihat apa yang dilakukan untuk melindungi golden boy dan semuanya saya yakin datang untuk menyaksikan golden boy," ujar Kepala Bidang Peninggalan Mesir Zahi Hawass sebelum jenazahnya dipindahkan.
Topeng emas Tutankhamun dicopot dengan pisau panas dan kabel Tutankhamun berkuasa di Mesir 1333 sampai 1324 SM dan diyakini naik tahta dalam usia sekitar 9 tahun. Meskipun semasa hidupnya tidak memiliki sejarah yang menentukan, kematian Tutankhamun mendapat perhatian dunia karena makamnya dalam kedaan utuh ketika dibuka oleh Carter tahun 1922.
Makamnya berisi harta karun emas dan kayu hitam indah yang dianggap mewah ketika Carter melihat kedalam makam itu. Ditanya apa yang dia saksikan, jawabannya yang terkenal "Ya, sesuatu yang mengagumkan."
Penyebab kematian Karya agung makam itu adalah jenazah firaun yang dibuat mumi, ditutupi jimat dan perhiasan serta mengenakan topeng emas. Dalam upaya mengambil harta karun itu, Carter dan timnya memotong jenazah itu kedalam beberapa bagian, memenggal lengan dan kepalanya dan menggunakan pisau panas dan kabel untuk menyingkirkan topeng emas yang direkat ke wajah Tutankhamun dengan proses pembalseman.
Tahun 2005 kalangan ilmuwan merekontruksi Tutankhamun Tubuhnya direkonstruksi dan dikembalikan ke sarcophagus aslinya tahun 1926. Kemudian pernah dibawa keluar untuk pengujian sinar X tiga kali dalam beberapa tahun berikutnya. Harta karun yang diambil memikat dunia dan menarik jutaan orang datang ke Lembah Para Raja.
Pertanyaan mengenap mengapa Tutankhamun meninggal sekitar usia 19 tahun dan gosip adanya kutukan yang membuat meninggal mereka yang terlibat penggalian makamnya makin membuat terkenal firaun.
Ketika tubuhnya diperiksa sinar X tahun 1968, terdapat patahan tulang di tengkoraknya yang mendorong spekulasi bahwa dia dibunuh dengan pukulan. Sejumlah sejarawan berpendapat bahwa dia dibunuh karena berupaya mengembalikan politeisme setelah menggantikan Akhenaten yang meninggalkan dewa-dewa emas Mesir untuk monoteisme.
Namun pemeriksaan scan jenazahnya tahun 2005 membuat para peneliti menyatakan dia tidak dibunuh dan mungkin meninggal karena komplikasi tulang kaki yang retak.
Kepala bidang peninggalan Mesir Zahi Hawass mengatakan penelitian menunjukkan raja bocah ini meninggal setelah luka karena infeksi meskipun tidak semua tim setuju dengan diagnosa itu namun semua menolak dugaan pembunuhan.
Sumber: http://www.chrocodile.co.cc/2010/08/...asa-mesir.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar